Rabu, 17 Desember 2014

PARADIGMA INTEGRASI DAN INTERKONEKSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Ketika penulis mendapatkan tugas sebagai Direktur Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 2002, konsep integrasi dan interkoneksi menjadi wacana yang aktual bagi kalangan akademisi di IAIN Sunan Kalijaga. Sebagai direktur ketika itu, maka penulis meresponnya dengan mengubah/menambah kurikulum yang ada, dengan menambah tiga mata kuliah yang dipandang sangat penting waktu itu, yaitu 1) metodologi penelitian filsafat, agama dan sosial, 2) agama, filsafat dan sains, dan 3) isu-isu global. Mata kuliah tersebut diajarkan dengan pendekatan intregratif dan interkonektif.
Ketiga mata kuliah ini menjadi bagian utama untuk melakukan integrasi dan interkoneksi yang dimulai dengan menata metodologinya terlebih dahulu, dengan menyatukan mata kuliah metodologi penelitian filsafat, agama dan sosial, yang diajarkan oleh masing-masing ahli di bidangnya, dengan harapan integrasi dan interkoneksi itu bisa dikembangkan dengan landasan metodologi yang mantap. Pada hakikatnya konsep integrasi dan interkoneksi harus dimulai dari integrasi dan interkoneksi metodologinya. Tanpa dasar metodologi yang kuat, maka integrasi dan interkoneksi hanya akan menjadi hal mengawang-awang, tidak jelas dan tidak pernah bisa membumi.
Kemudian mata kuliah agama, budaya dan sains diajarkan dengan tujuan untuk melihat sesuatu masalah dari pendekatan lintas agama, budaya dan sains, sehingga integrasi dan interkoneksi dengan sendirinya akan terbentuk dan terbawa dalam melihat setiap masalah kehidupan dan kemanusiaan. Matakuliah ini sangat penting, karena mata kuliah ini diharapkan dapat mengembangkan paradigma integrasi dan interkoneksi melalui pembentukan tradisi akademik yang berdimensi lintas agama, lintas budaya dan lintas sains, dan ini menjadi tuntutan menjawab problematika kontemporer yang tidak bisa didekati hanya dengan pendekatan tunggal keilmuan. Masalah kemiskinan, kesejahteraan dan perdamian tidak bisa dipecahkan dengan pendekatan tunggal, baik ekonomi semata-mata, demikian juga pendekatan tunggal sosial, politik, budaya mau pun agama.
Selanjutnya mata kuliah isu-isu global ditambahkan sebagai aktualisasi paradigma integrasi dan interkoneksi secara praksis untuk memahami, mendalami dan menganalisis problematika global sebagai fenomena aktual masa kini yang sudah merupakan fenomena global, yang mau tidak mau, pendekatan integrasi dan interkoneksi itu mutlak dipergunakan. Tanpa integrasi dan interkoneksi keilmuan, kita tidak mungkin dapat memahami dan memecahkan masalah-masalah global. Penulis sendiri waktu itu mengajar aspek budaya dalam sains dan agama, bersama dengan Prof Amin Abdulah aspek agama dan Prof Choiril Anwar dari Universitas Gadjah Mada aspek sains, dan penulis pada aspek kebudayaan.
FILSAFAT ISLAM SEBAGAI METODA
Menurut pandangan penulis, filsafat Islam mempunyai potensi aktual untuk mengintegrasikan dan menginterkoneksikan studi-studi keislaman secara praksis. Tanpa dasar filsafat Islam, rasanya sulit untuk dapat mengintegrasikan dan menginterkoneksikan ilmu-ilmu keislaman. Dalam tahap ini, filsafat Islam harus diletakkan sebagai metodologi berpikir, bukan diletakkan pada kajian tokoh-tokohnya dan pemikirannya saja, atau hanya fokus pada tema-tema filsafat saja serta periodisasinya.
Pada hakikatnya setiap studi keislaman, selalu mempunyai dasar filsafatnya sendiri-sendiri. Dalam sejarah perkembangan ilmu, filsafat adalah induk dari setiap ilmu pengetahuan. Karena itu setiap cabang ilmu sesungguhnya mempunyai landasan filsafatnya sendiri sendiri. Ilmu hukum dengan filsafat hukumnya, demikian juga filsafat eknonomi untuk ilmu ekonomi, fisafat politik untuk ilmu politik, juga arsitektur dengan filsafat arsitekturnya dan seterusnya.
Filsafat Islam sebagai metoda, akan mengintegrasikan dan menginterkoneksikan studi-studi keislaman dalam suatu world view yang multidimensional. Dalam buku “Filsafat Islam Sunah Nabi Dalam Berpikir” penulis menyusun cara berpikir Islam yang dikonstruk dari tradisi berpikir Nabi sendiri dalam menjawab berbagai kasus. Dalam sejarah kenabian, terlihat bahwa para nabi dalam menjawab suatu masalah,tidak selamanya bergantung pada wahyu. Demikina juga yang dialami nabi Muhammad Saw., terutama dalam tradisi berpikir beliau sebelum usia empat puluh tahun, atau sebelum beliau menerima wahyu, sedangkan setelah usia empat puluh tahun itu berada dalam konstruksi dialektik antara aqal dan wahyu. Alquran 62:2 dijelaskan yang artinya sebagai berikut : “Dia (Allah) yang mengutus di antara orang-orang ummi, seorang Rasul dari kalangan mereka, yang menjelaskan kepada mereka ayat-ayatNya, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya adalah dalam kesesatan yang nyata”.
Dalam pandangan penulis seorang Rasul itu mengajarkan Kitab yaitu turunnya wahyu yang diterima dari Tuhannya yang terjadi secara bertahap sesuai dengan tahapan kehidupan. Sedangkan hikmah, bisa diartikan sebagai penjelasan dan penjabaran yang bisa dimengerti umatnya tentang hakikat kebenaran wahyu yang diterimanya. Dalam kenabian Muhammad Saw., ada yang menyebut hikmah sebagai al hadits. Hikmah juga bisa diartikan sebagai pengetahuan yang mendalam, suatu kearifan yang terdapat di balik realitas, kejadian dan peristiwa. Dalam ungkapan sehari-hari, ketika seseorang dalam kehidupannya menghadapi suatu kejadian, peristiwa, musibah atau ujian, seringkali dikatakan untuk bisa mengambil hikmahnya.
Karena itu, hikmah bisa diartikan sebagai pengetahuan yang mendalam, suatu kearifan yang diperoleh dari balik pemahaman terhadap realitas, suatu wisdom yang lahir dari pemikiran seseorang yang mendalam dalam perjalanan hidupnya. Dengan kata lain, maka hikmah sesungguhnya dapat diartikan sebagai pengetahuan filsafat, yaitu pencapaian atas kebenaran melalui pemikiran radikal terhadap realitas. Dalam konteks kerasulan yang tugasnya mengajarkan kitab dan hikmah, maka pengajaran tentang hikmah ini bisa dipahami sebagai filsafat, karena seorang rasul dalam sejarahnya juga pengajar tentang hakikat kehidupan dan makna hidup bagi manusia, yang sebenarnya menjadi inti dari flsafat.
Alquran 2:269 dijelaskan yang artinya “ Allah anugerahkan hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya dan barang siapa yang medapatkannya, ia benar-benar telah dianugerahi suatu kebaikan yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab) yang dapat mengerti”. Dalam konteks ini, maka seorang nabi adalah juga seorang yang mendapat pengetahuan hikmah, yang menjadi inti dari filsafat. Seorang nabi juga bisa disebut seorang filosuf sebagai pengajar himah atau filsafat yaitu pengajar hakikat kebenaran segala sesuatu dalam hidup dan menjalaninya.
Untuk mampu mengajarkan kitab yang dikembangkan dalamsuatu hikmah, maka seorang nabi pastinya mempunyai suatu model berpikir tertentu yang memungkinkannya menembus realitas dan menemukan hakikat kebenaran di balik realitas atau kejadian. Model berpikir tersebut dipakai untuk memahami dan mendalami kebenaran melalui integrasi “aql” dan “qalb”.
Dalam Alquran 22: 46 menjelaskan yang artinya “maka tidak pernahkah mereka berjalan di muka bumi, sehingga hati mereka dapat memahami, telinga dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada”.
Selanjutnya dalam Alquran 33 : 21 dijelaskan yang artinya “sungguh pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu, bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan pada hari kemudian, serta mereka banyak mengingat Allah. Keteladanan nabi yang utama bagi penulis bukanlah pada perbuatannya, seperti cara makan dan memelihara jenggot saja, tetapi keteladanan beliau pada pemikirannya, karena perbuatan adalah tindak lanjut dari pemikiran, pemikiran adalah ibu kandung perbuatan. Bahkan dalam prinsip etika, perbuatan yang tidak disertai pemikiran adalah pemikiran yang tidak disadari, maka perbuatan itu tidak termasuk ranah etika, seperti perbuatan orang yang kehilangan akal sehatnya atau perbuatan orang gila.
Paradigma integratif dan interkonektif sesungguhnya dapat dimungkinkan dengan integrasinya “aql” dan “qalb” sebagai suatu metoda berpikir untuk memahami realitas. Pendekatan integratif adalah pendekatan ulul’albab yang secara jelas digambarkan Alquran 3: 190-191 yang artinya sebagai berikut : “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi ulul albab, yaitu mereka yang mengingat (zikir/qalb) tentang Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan (aql, rasio) tentang penciptaan langit dan bumi ; ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia ; Mahasuci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksaan neraka.
Penjelasan Alquran di atas bisa dimengerti akan adanya proses rasional transcendental di mana 1) mengingat (zikir pada kekuasaan Allah) mendahului 2) berpikir untuk memahami dan mendalami semua ciptaanNya di langit dan di bumi,3) dan mencapai proses transendensi dengan 4) kesadaran tidak akan menyia-nyiakan semua ciptaanNya dan aktualitas perbuatan yang terhindar dari siksaan neraka. Ini menjadi metoda berpikir integratif dan interkonektif yang berada dalam jalan hidup seseorang untuk selalu mensyukuri dan menghindari siksaan neraka.
Karena itu, bagi penulis makna surat al fatihah yang dibaca setiap kali oleh seorang muslim ketika menjalankan solat, terutama saat membaca Alquran 1: 6-7 yang dijelaskan artinya : “tunjukkan kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan mereka yang dimurkai dan bukan pula mereka yang tersesat. Maka jalan lurus itu dapat dimengerti sebagai metoda berpikir yang secara konsisten dan lurus, kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan yang memberikan manfaat bagi kehidupan bersama, akan menjadi nikmat, bukan laknat apalagi tersesat.
Filsafat Islam sebagai metoda berpikir menjadi dasar bagi peradigma integrative interkonektif, yang secara sistemik menyatukan antara aql, qalb, wahyu dan realitas menjadi suatu metodologi berpikir yang bersifat rasional transcendental, dan selalu berdimensi majemuk. Karena itu, filsafat Islam sebagai metode berpikir seperti yang dijelaskan di atas, akan menjadi dasar dalam merumuskan filsafat dalam studi-studi keislaman. Dalam kaitan ini, maka seharusnya dalam setiap fakultas diajarkan filsafat Islam sesuai dengan bidang kajiannya masing masing, seperti filsafat hukum Islam di fakultas syari’ah, filsafat pendidikan Islam di fakultas tarbiyah, filsafat dakwah Islam di fakultas dakwah, filsafat eknonomi Islam di fakultas ekonomi dan bisnis dan seterusnya.
INTEGRASI DAN INTERKONEKSI SEBAGAI METODOLOGI DALAM STUDI KEISLAMAN
Dalam sebuah forum dialog di TVRI Yogyakarta, penulis selaku rektor UIN Sunan Kalijaga ditanya oleh seorang pemirsa, bahwa berubahnya IAIN menjadi UIN adalah suatu pendangkalan ilmu agama. Pertanyaan mereka itu didasarkan pada fenomena bahwa penguasaan ilmu agama pada alumni UIN lebih rendah daripada alumni IAIN dulu. Pertanyaan itu juga pernah menjadi perdebatan yang panjang di kalangan akademisi IAIN ketika kita akan berubah menjadi UIN.
Di samping itu, pandangan bahwa ilmu keislaman adalah ilmu agama masih tetap kuat di kalangan masyarakat Islam sendiri, sehingga ilmu keislaman bagi mereka adalah ilmu-ilmu agama seperti yang ada di IAIN dulu, yaitu ushuluddin, dakwah, syariah, adab dan terbiyah. Sedangkan ilmu-ilmu di luar studi agama adalah bukan ilmu keislaman. Dengan kata lain, mereka sebenarnya masih berpandangan bahwa Islam adalah agama, bukan kebudayaan, sehinga sains dan teknologi sebagai bagian dari kebudayaan, tidaklah termasuk kajian keislaman.
Karena itu, paradigm integratif dan interkonektif menjadi sangat penting dan fundamental dalam merumuskan kajian-kajian keislaman, di mana posisi Islam sebagai nilai-nilai yang mendasar dan mengikat setiap kajian keislaman yang ada dalam berbagai aspek kebudayaan, baik kebudayaan sebagai sistem nilai, produk maupun eksistensi manusia dalam perjalanan hidupnya yang kompleks.
Dalam pandangan penulis, yang paling sulit dilakukan dalam usaha melakukan integrasi dan interkoneksi studi-studi keislaman adalah bagaimana merumuskan metodologinya. Upaya integrasi dan interkoneksi yang banyak dilakukan sekarang ini adalah mengintegrasikan dan menginterkoneksikan materi kajian dari studi studi keislaman dalam kajian ilmu-ilmu umum atau sebaliknya, seperti mengintegrasikan materi kajian kajian Islam, terutama Alquran dan Alhadits diintegrasikan dan diinterkoneksikan dengan bidang kajian-kajian ilmu-ilmu umum.
Konsep pohon ilmu ilmu keislaman (Prof Imam Suprayogo) serta konsep jaring labah-labah ilmu ilmu keislaman ( Prof Amin Abdullah) menurut pandangan penulis yang sempit ini, rasanya belum sampai merumuskan pada metodologinya. Integrasi dan interkoneksi model ini, seringkali diimplementasikan dengan melakukan integrasi infrastruktur fisik dan non fisik, termasuk material dan bahan ajar dalam pengembangan keilmuan dalam suatu konsep universitas.
Dalam pandangan Islam, sebenarnya tidak mengenal dualisme pendidikan dan dikhotomi keilmuan. Pendidikan harus dilakukan secara integratif, sehingga keragaman ilmu bisa saling menyapa dan menyatu dalam memecahkan persoalan kemanusiaan yang makin kompleks. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa masalah masalah kemanusiaan, seperti kesejahteraan, kemiskinan, kebahagiaan, keamanan dan perdamaian, tidaklah bisa dipecahkan dengan pendekatan tunggal keilmuan semata mata. Karena itu, pendekatan integratif dan interkonektif adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan yang semakin global ini.
Jika kita akan menempatkan integrasi dan interkoneksi sebagai suatu metodologi, maka dalam setiap jenjang pendidikan di UIN Suka baik S1, S2 maupun S3nya, bagaimana jabaran dalam kurikulumnya. Demikian juga halnya dalam berbagai fakultas yang ada, bagaimana integrasi dan interkoneksi sebagai metodologi dapat diimplementasi-kan dalam berbagai fakultas, sehingga sehingga masing-masing keilmuan yang dikembangkan oleh setiap fakultas berada dalam ikatan metodologi yang sama, yaitu integrasi dan interkoneksi.
Semoga bermanfaat wallahu a’lamu bishshowab.
(Disampaikan dalam rangka Seminar “Praksis Paradigma Integrasi Interkoneksi Ilmu dan Transformasi Islamic Studies”, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Convention Hall, 22-23 Oktober 2014)


SUMBER :http://uin-suka.ac.id/index.php/page/kolom/detail/30/paradigma-integrasi-dan-interkoneksi-dalam-perspektif-filsafat-islam
PARADIGMA INTEGRASI DAN INTERLOKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Ketika penulis mendapatkan tugas sebagai Direktur Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 2002, konsep integrasi dan interkoneksi menjadi wacana yang aktual bagi kalangan akademisi di IAIN Sunan Kalijaga. Sebagai direktur ketika itu, maka penulis meresponnya dengan mengubah/menambah kurikulum yang ada, dengan menambah tiga mata kuliah yang dipandang sangat penting waktu itu, yaitu 1) metodologi penelitian filsafat, agama dan sosial, 2) agama, filsafat dan sains, dan 3) isu-isu global. Mata kuliah tersebut diajarkan dengan pendekatan intregratif dan interkonektif.
Ketiga mata kuliah ini menjadi bagian utama untuk melakukan integrasi dan interkoneksi yang dimulai dengan menata metodologinya terlebih dahulu, dengan menyatukan mata kuliah metodologi penelitian filsafat, agama dan sosial, yang diajarkan oleh masing-masing ahli di bidangnya, dengan harapan integrasi dan interkoneksi itu bisa dikembangkan dengan landasan metodologi yang mantap. Pada hakikatnya konsep integrasi dan interkoneksi harus dimulai dari integrasi dan interkoneksi metodologinya. Tanpa dasar metodologi yang kuat, maka integrasi dan interkoneksi hanya akan menjadi hal mengawang-awang, tidak jelas dan tidak pernah bisa membumi.
Kemudian mata kuliah agama, budaya dan sains diajarkan dengan tujuan untuk melihat sesuatu masalah dari pendekatan lintas agama, budaya dan sains, sehingga integrasi dan interkoneksi dengan sendirinya akan terbentuk dan terbawa dalam melihat setiap masalah kehidupan dan kemanusiaan. Matakuliah ini sangat penting, karena mata kuliah ini diharapkan dapat mengembangkan paradigma integrasi dan interkoneksi melalui pembentukan tradisi akademik yang berdimensi lintas agama, lintas budaya dan lintas sains, dan ini menjadi tuntutan menjawab problematika kontemporer yang tidak bisa didekati hanya dengan pendekatan tunggal keilmuan. Masalah kemiskinan, kesejahteraan dan perdamian tidak bisa dipecahkan dengan pendekatan tunggal, baik ekonomi semata-mata, demikian juga pendekatan tunggal sosial, politik, budaya mau pun agama.
Selanjutnya mata kuliah isu-isu global ditambahkan sebagai aktualisasi paradigma integrasi dan interkoneksi secara praksis untuk memahami, mendalami dan menganalisis problematika global sebagai fenomena aktual masa kini yang sudah merupakan fenomena global, yang mau tidak mau, pendekatan integrasi dan interkoneksi itu mutlak dipergunakan. Tanpa integrasi dan interkoneksi keilmuan, kita tidak mungkin dapat memahami dan memecahkan masalah-masalah global. Penulis sendiri waktu itu mengajar aspek budaya dalam sains dan agama, bersama dengan Prof Amin Abdulah aspek agama dan Prof Choiril Anwar dari Universitas Gadjah Mada aspek sains, dan penulis pada aspek kebudayaan.
FILSAFAT ISLAM SEBAGAI METODA
Menurut pandangan penulis, filsafat Islam mempunyai potensi aktual untuk mengintegrasikan dan menginterkoneksikan studi-studi keislaman secara praksis. Tanpa dasar filsafat Islam, rasanya sulit untuk dapat mengintegrasikan dan menginterkoneksikan ilmu-ilmu keislaman. Dalam tahap ini, filsafat Islam harus diletakkan sebagai metodologi berpikir, bukan diletakkan pada kajian tokoh-tokohnya dan pemikirannya saja, atau hanya fokus pada tema-tema filsafat saja serta periodisasinya.
Pada hakikatnya setiap studi keislaman, selalu mempunyai dasar filsafatnya sendiri-sendiri. Dalam sejarah perkembangan ilmu, filsafat adalah induk dari setiap ilmu pengetahuan. Karena itu setiap cabang ilmu sesungguhnya mempunyai landasan filsafatnya sendiri sendiri. Ilmu hukum dengan filsafat hukumnya, demikian juga filsafat eknonomi untuk ilmu ekonomi, fisafat politik untuk ilmu politik, juga arsitektur dengan filsafat arsitekturnya dan seterusnya.
Filsafat Islam sebagai metoda, akan mengintegrasikan dan menginterkoneksikan studi-studi keislaman dalam suatu world view yang multidimensional. Dalam buku “Filsafat Islam Sunah Nabi Dalam Berpikir” penulis menyusun cara berpikir Islam yang dikonstruk dari tradisi berpikir Nabi sendiri dalam menjawab berbagai kasus. Dalam sejarah kenabian, terlihat bahwa para nabi dalam menjawab suatu masalah,tidak selamanya bergantung pada wahyu. Demikina juga yang dialami nabi Muhammad Saw., terutama dalam tradisi berpikir beliau sebelum usia empat puluh tahun, atau sebelum beliau menerima wahyu, sedangkan setelah usia empat puluh tahun itu berada dalam konstruksi dialektik antara aqal dan wahyu. Alquran 62:2 dijelaskan yang artinya sebagai berikut : “Dia (Allah) yang mengutus di antara orang-orang ummi, seorang Rasul dari kalangan mereka, yang menjelaskan kepada mereka ayat-ayatNya, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya adalah dalam kesesatan yang nyata”.
Dalam pandangan penulis seorang Rasul itu mengajarkan Kitab yaitu turunnya wahyu yang diterima dari Tuhannya yang terjadi secara bertahap sesuai dengan tahapan kehidupan. Sedangkan hikmah, bisa diartikan sebagai penjelasan dan penjabaran yang bisa dimengerti umatnya tentang hakikat kebenaran wahyu yang diterimanya. Dalam kenabian Muhammad Saw., ada yang menyebut hikmah sebagai al hadits. Hikmah juga bisa diartikan sebagai pengetahuan yang mendalam, suatu kearifan yang terdapat di balik realitas, kejadian dan peristiwa. Dalam ungkapan sehari-hari, ketika seseorang dalam kehidupannya menghadapi suatu kejadian, peristiwa, musibah atau ujian, seringkali dikatakan untuk bisa mengambil hikmahnya.
Karena itu, hikmah bisa diartikan sebagai pengetahuan yang mendalam, suatu kearifan yang diperoleh dari balik pemahaman terhadap realitas, suatu wisdom yang lahir dari pemikiran seseorang yang mendalam dalam perjalanan hidupnya. Dengan kata lain, maka hikmah sesungguhnya dapat diartikan sebagai pengetahuan filsafat, yaitu pencapaian atas kebenaran melalui pemikiran radikal terhadap realitas. Dalam konteks kerasulan yang tugasnya mengajarkan kitab dan hikmah, maka pengajaran tentang hikmah ini bisa dipahami sebagai filsafat, karena seorang rasul dalam sejarahnya juga pengajar tentang hakikat kehidupan dan makna hidup bagi manusia, yang sebenarnya menjadi inti dari flsafat.
Alquran 2:269 dijelaskan yang artinya “ Allah anugerahkan hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya dan barang siapa yang medapatkannya, ia benar-benar telah dianugerahi suatu kebaikan yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab) yang dapat mengerti”. Dalam konteks ini, maka seorang nabi adalah juga seorang yang mendapat pengetahuan hikmah, yang menjadi inti dari filsafat. Seorang nabi juga bisa disebut seorang filosuf sebagai pengajar himah atau filsafat yaitu pengajar hakikat kebenaran segala sesuatu dalam hidup dan menjalaninya.
Untuk mampu mengajarkan kitab yang dikembangkan dalamsuatu hikmah, maka seorang nabi pastinya mempunyai suatu model berpikir tertentu yang memungkinkannya menembus realitas dan menemukan hakikat kebenaran di balik realitas atau kejadian. Model berpikir tersebut dipakai untuk memahami dan mendalami kebenaran melalui integrasi “aql” dan “qalb”.
Dalam Alquran 22: 46 menjelaskan yang artinya “maka tidak pernahkah mereka berjalan di muka bumi, sehingga hati mereka dapat memahami, telinga dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada”.
Selanjutnya dalam Alquran 33 : 21 dijelaskan yang artinya “sungguh pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu, bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan pada hari kemudian, serta mereka banyak mengingat Allah. Keteladanan nabi yang utama bagi penulis bukanlah pada perbuatannya, seperti cara makan dan memelihara jenggot saja, tetapi keteladanan beliau pada pemikirannya, karena perbuatan adalah tindak lanjut dari pemikiran, pemikiran adalah ibu kandung perbuatan. Bahkan dalam prinsip etika, perbuatan yang tidak disertai pemikiran adalah pemikiran yang tidak disadari, maka perbuatan itu tidak termasuk ranah etika, seperti perbuatan orang yang kehilangan akal sehatnya atau perbuatan orang gila.
Paradigma integratif dan interkonektif sesungguhnya dapat dimungkinkan dengan integrasinya “aql” dan “qalb” sebagai suatu metoda berpikir untuk memahami realitas. Pendekatan integratif adalah pendekatan ulul’albab yang secara jelas digambarkan Alquran 3: 190-191 yang artinya sebagai berikut : “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi ulul albab, yaitu mereka yang mengingat (zikir/qalb) tentang Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan (aql, rasio) tentang penciptaan langit dan bumi ; ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia ; Mahasuci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksaan neraka.
Penjelasan Alquran di atas bisa dimengerti akan adanya proses rasional transcendental di mana 1) mengingat (zikir pada kekuasaan Allah) mendahului 2) berpikir untuk memahami dan mendalami semua ciptaanNya di langit dan di bumi,3) dan mencapai proses transendensi dengan 4) kesadaran tidak akan menyia-nyiakan semua ciptaanNya dan aktualitas perbuatan yang terhindar dari siksaan neraka. Ini menjadi metoda berpikir integratif dan interkonektif yang berada dalam jalan hidup seseorang untuk selalu mensyukuri dan menghindari siksaan neraka.
Karena itu, bagi penulis makna surat al fatihah yang dibaca setiap kali oleh seorang muslim ketika menjalankan solat, terutama saat membaca Alquran 1: 6-7 yang dijelaskan artinya : “tunjukkan kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan mereka yang dimurkai dan bukan pula mereka yang tersesat. Maka jalan lurus itu dapat dimengerti sebagai metoda berpikir yang secara konsisten dan lurus, kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan yang memberikan manfaat bagi kehidupan bersama, akan menjadi nikmat, bukan laknat apalagi tersesat.
Filsafat Islam sebagai metoda berpikir menjadi dasar bagi peradigma integrative interkonektif, yang secara sistemik menyatukan antara aql, qalb, wahyu dan realitas menjadi suatu metodologi berpikir yang bersifat rasional transcendental, dan selalu berdimensi majemuk. Karena itu, filsafat Islam sebagai metode berpikir seperti yang dijelaskan di atas, akan menjadi dasar dalam merumuskan filsafat dalam studi-studi keislaman. Dalam kaitan ini, maka seharusnya dalam setiap fakultas diajarkan filsafat Islam sesuai dengan bidang kajiannya masing masing, seperti filsafat hukum Islam di fakultas syari’ah, filsafat pendidikan Islam di fakultas tarbiyah, filsafat dakwah Islam di fakultas dakwah, filsafat eknonomi Islam di fakultas ekonomi dan bisnis dan seterusnya.
INTEGRASI DAN INTERKONEKSI SEBAGAI METODOLOGI DALAM STUDI KEISLAMAN
Dalam sebuah forum dialog di TVRI Yogyakarta, penulis selaku rektor UIN Sunan Kalijaga ditanya oleh seorang pemirsa, bahwa berubahnya IAIN menjadi UIN adalah suatu pendangkalan ilmu agama. Pertanyaan mereka itu didasarkan pada fenomena bahwa penguasaan ilmu agama pada alumni UIN lebih rendah daripada alumni IAIN dulu. Pertanyaan itu juga pernah menjadi perdebatan yang panjang di kalangan akademisi IAIN ketika kita akan berubah menjadi UIN.
Di samping itu, pandangan bahwa ilmu keislaman adalah ilmu agama masih tetap kuat di kalangan masyarakat Islam sendiri, sehingga ilmu keislaman bagi mereka adalah ilmu-ilmu agama seperti yang ada di IAIN dulu, yaitu ushuluddin, dakwah, syariah, adab dan terbiyah. Sedangkan ilmu-ilmu di luar studi agama adalah bukan ilmu keislaman. Dengan kata lain, mereka sebenarnya masih berpandangan bahwa Islam adalah agama, bukan kebudayaan, sehinga sains dan teknologi sebagai bagian dari kebudayaan, tidaklah termasuk kajian keislaman.
Karena itu, paradigm integratif dan interkonektif menjadi sangat penting dan fundamental dalam merumuskan kajian-kajian keislaman, di mana posisi Islam sebagai nilai-nilai yang mendasar dan mengikat setiap kajian keislaman yang ada dalam berbagai aspek kebudayaan, baik kebudayaan sebagai sistem nilai, produk maupun eksistensi manusia dalam perjalanan hidupnya yang kompleks.
Dalam pandangan penulis, yang paling sulit dilakukan dalam usaha melakukan integrasi dan interkoneksi studi-studi keislaman adalah bagaimana merumuskan metodologinya. Upaya integrasi dan interkoneksi yang banyak dilakukan sekarang ini adalah mengintegrasikan dan menginterkoneksikan materi kajian dari studi studi keislaman dalam kajian ilmu-ilmu umum atau sebaliknya, seperti mengintegrasikan materi kajian kajian Islam, terutama Alquran dan Alhadits diintegrasikan dan diinterkoneksikan dengan bidang kajian-kajian ilmu-ilmu umum.
Konsep pohon ilmu ilmu keislaman (Prof Imam Suprayogo) serta konsep jaring labah-labah ilmu ilmu keislaman ( Prof Amin Abdullah) menurut pandangan penulis yang sempit ini, rasanya belum sampai merumuskan pada metodologinya. Integrasi dan interkoneksi model ini, seringkali diimplementasikan dengan melakukan integrasi infrastruktur fisik dan non fisik, termasuk material dan bahan ajar dalam pengembangan keilmuan dalam suatu konsep universitas.
Dalam pandangan Islam, sebenarnya tidak mengenal dualisme pendidikan dan dikhotomi keilmuan. Pendidikan harus dilakukan secara integratif, sehingga keragaman ilmu bisa saling menyapa dan menyatu dalam memecahkan persoalan kemanusiaan yang makin kompleks. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa masalah masalah kemanusiaan, seperti kesejahteraan, kemiskinan, kebahagiaan, keamanan dan perdamaian, tidaklah bisa dipecahkan dengan pendekatan tunggal keilmuan semata mata. Karena itu, pendekatan integratif dan interkonektif adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan yang semakin global ini.
Jika kita akan menempatkan integrasi dan interkoneksi sebagai suatu metodologi, maka dalam setiap jenjang pendidikan di UIN Suka baik S1, S2 maupun S3nya, bagaimana jabaran dalam kurikulumnya. Demikian juga halnya dalam berbagai fakultas yang ada, bagaimana integrasi dan interkoneksi sebagai metodologi dapat diimplementasi-kan dalam berbagai fakultas, sehingga sehingga masing-masing keilmuan yang dikembangkan oleh setiap fakultas berada dalam ikatan metodologi yang sama, yaitu integrasi dan interkoneksi.
Semoga bermanfaat wallahu a’lamu bishshowab.
(Disampaikan dalam rangka Seminar “Praksis Paradigma Integrasi Interkoneksi Ilmu dan Transformasi Islamic Studies”, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Convention Hall, 22-23 Oktober 2014)

KARYA TULIS
Manfaat Pare ( Momordica charantia L. ) sebagai Obat Batuk Kering
 Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mandiri Terstruktur Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI Semester II
Tahun Pelajaran 2012 / 2013


Disusun Oleh :
Anisa Yahya Fitri
NIS : 5539



DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGRI 1 KUTOWINANGUN
2012

 
BAB I
PENDAHULUAN
                                                   
1.1  Latar Belakang

Pada era sekarang lingkungan semakin jauh dari kata sehat dikarenakan tidak adanya kesadaran manusia untuk menjaga alam menyebabkan terjadinya berbagai jenis penyakit yang menyerang kita. Jika penyakit sudah menyerang maka kita akan mencari obat yang bisa menyembuhkan rasa sakit tersebut. Karena tuntutan kehidupan yang semakin maju menyebabkan pola berpikir masyarakat sangat  singkat. Mereka lebih memilih pengobatan yang praktis dengan membeli obat-obatan di warung-warung tanpa mengetahui jenis obat yang menggunakan bahan kimia dan memiliki efek samping yang membahayakan bagi kesehatan. Mereka tidak memikirkan dampak negatif apabila obat yang mengandung bahan  kimia digunakan secara terus menerus akan membahayakan bagi mereka.   
Banyak orang yang belum mengetahui jika meminum obat kimia bukannya menyembuhkan penyakit tapi malah membuat kita semakin sakit. Apabila kita mengkonsumsi obat yang mengandung bahan  kimia maka memberikan pengaruh terhadap tubuh manusia. Faktanya semakin sering kita memakai obat-obatan mengandung bahan kimia, makin resisten (menolak dan kebal) pula tubuh dan penyakit melawan pengobatan yang diberikan. Jika pengobatan yang mengandung bahan kimia ini diteruskan akan mengakibatkan kerusakan yang fatal bahkan dapat menyebabkan kematian. Akan tetapi masih banyak orang yang belum mengetahui hal tersebut.
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah menggunakan obat-obatan herbal untuk menyembuhkan suatu penyakit, namun karena zaman yang semakin maju, saat ini jarang sekali masyarakat yang masih menggunakan obat herbal untuk menyembuhkan penyakitnya. Kebanyakan masyarakat saat ini lebih mengiginkan yang praktis-praktis begitu juga dalam memilih obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Sebenarnya lebih baik mengunakan obat herbal yang dihasilkan dari tanaman di sekitar kita untuk dijadikan obat alternatif suatu penyakit, karena obat herbal lebih ampuh dan mujarab, juga lebih aman dan minim efek samping. Tanaman yang dapat di jadikan obat alternatif salah satunya adalah pare.
Pare merupakan sayuran yang daun, akar, dan batang mudanya sering dimanfaatkan untuk obat. Siapa sangka dibalik rasanya yang pahit, pare menyimpan sejuta manfaat untuk kesehatan tubuh manusia. Tanaman ini mudah ditemukan dan harganya relatif murah.
Pare merupakan salah satu alternatif dalam penyembuhan batuk kering. Jenis pare yang baik dikonsumsi adalah jenis pare hijau atau pare kodok,  karena pare mengandung mengandung senyawa lutein dan likopen yang berkhasiat sebagai antibiotik, antivirus, antioksidan, antikanker, perangsang produksi insulin, penyeimbang tekanan darah, dan perangsang nafsu makan. Batuk kering dapat  diakibatkan oleh infeksi virus atau flu yang belum lama terjadi, bakteri, dipicu oleh terhirupnya partikel-partikel makanan, asap atau uap iritan, perubahan suhu udara, debu-debu serta asap rokok. Selain itu, pare juga kaya protein, vitamin A, dan vitamin C yang dapat menyembuhkan batuk kering. Karena jika seseorang kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan Seng (antioksidan) akan memicu seseorang terkena batuk kering. ( Dr. Muljono Wirjodiardjo ).
Batuk kering menimbulkan gejala iritasi, rasa kering, dan gatal pada tenggorokan yang akhirnya bisa menimbulkan radang tenggorokan apabila tidak segera diobati. Batuk kering yang sangat berat dapat menyebabkan suara serak, sampai hilang. Batuk kering merupakan pertanda adanya gangguan kesehatan, seperti asma, refleks gastroesofagus (GERD) atau gagal ginjal.
Namun, hal ini amat disayangksan karena masyarakat masih belum memanfaatkan tanaman pare sebagai obat alternatif batuk kering yang lebih ampuh dan mujarab, juga lebih aman dan minim efek samping. Ketidaktahuan masyarakatlah yang menyebabkan ini terjadi. Berdasarkan pemikiran terebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitiaan tentang manfaat buah pare sebagai obat alternatif batuk kering.

 1.2  Perumusan masalah     
            Berdasarkan data – data yang penulis paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain :

1.      Bagaimana memanfaatkan buah pare (Momordica charantia L .) sebagai obat batuk kering ?
2.      Apa kelebihan, dan kekurangan tanaman pare (Momordica charantia L .) sebagai obat batuk kering ?
3.      Apa batuk kering itu ?
4.      Apa saja manfaat pare ( Momordica charantia L .) ?
1.3  Tujuan penelitiaan
Penelitian ini bertujuan untuk :
                                          
1.      Mengetahui deskripsi tentang pare ( Momordica charantia L. )
2.      Mengenalkan kepada masyarakat tentang manfaat dari buah pare sebagai obat batuk kering
3.      Mengetahui berbagai macam manfaat  pare.

1.4  Manfaat penelitian
    
1. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang manfaat buah pare yang dapat mengobati batuk kering
2.  Menambah wawasan tentang berbagai macam manfaat pare
3.  Menginformasikan kepada masyarakat untuk kembali ke alam “back to nature”.

1.5 Metode Pengumpulan Data
      Dalam penyusunan dan penyelesaian karya tulis ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1.      Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari mencari informasi melalui buku-buku sebagai referensi dalam karya tulis ini. Buku-buku yang digunakan merupakan buku yang terkait dengan masalah yang dibahas.

2.      Penelitian
Langkah ini dilakukan untuk menguji kebenaran dari masalah yang dibahas. Cara ini digunakan oleh penulis dengan mengunakan alat-alat sederhana dengan tujuan agar masyarakat dapat mengikutinya.

3.      Jelajah Dunia Maya
Hal ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh data-data yang tidak didapatkan sewaktu studi pustaka dan penelitian. Cara ini dilakukan dengan mencari data-data melalui website yang terkait dengan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN
      Berisi uraian mengenai latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan olah penulis dalam menyusun karya tulis ini.

BAB II TELAAH PUSTAKA
       Berisi uraian mengenai manfaat tanaman pare secara umum, deskripsi tanaman pare, daerah penyebaran tanaman pare, jenis atau varietas pare, syarat tumbuh pare, kandungan zat-zat penting dalam tanaman pare, pemanfaatan tanaman pare, dan penyakit batuk.
 
BAB III METODOLOGI
Berisi uraian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yaitu tempat, bahan, dan alat. Selain itu diuraikan metode-metode dari pembuatan dan pengujian ramuan obat batuk kering yang terbuat dari pare.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
       Berisi uraian mengenai pembahasan dari pembuatan dan pengujian ramuan obat batuk kering yang terbuat dari buah pare dan kelebihan dan kekurangan obat herbal pare sebagai obat batuk kering.

BAB V PENUTUP
Berisi uraian mengenai kesimpulan dari penelitian yang dilakukan penulis dan saran-saran penulis untuk masyarakat maupun pemerintah.








  BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Tanaman Pare
            Pare ( Momordica charantia L. ) adalah tanaman yang terkenal dengan rasa buahnya yang pahit. Penyebab rasa pahit pada buah pare adalah suatu zat yang disebut kukerbitiin. Dibalik rasa pahit tersebut tersimpan berbagai manfaat yang berguna bagi manusia. Berikut ini adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman pare antara lain :
·         Buahnya dimanfaatkan sebagai obat batuk, gangguan pencernaaan, obat malaria, penyakit kuning, dan merangsang nafsu makan.
·         Daunya dimanfaatkan untuk menyembuhkan batuk, menurunkan panas, mematikan cacing kremi, mengobati bisul, mengobati mencret untuk balita, meringankan penyakit sipilis dan untuk membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan.
·         Bijinya sebagai atioksidan yang cukup kuat yang dapat menghambat pembentukan sel kanker,mencegah penuaan dini.
·         Akarnya dimanfaatkan untuk mengobati disentri, amuba, dan wasir.
·         Sebagai sayur, pare dapat dimakan dalam bentuk lalap, osemg-oseng, gado-gado, dan sebagainya.

2.1.1 Deskripsi Tanaman Parepare1.jpg                     
Gambar  1. Pohon pare
 
                Pare merupakan  jenis tanaman semak semusimyg tumbuh menjalar atau merambat dengan mengunakan sulur yang panjang . Sulur tumbuh di samping daun yang sering membentuk spiral. Akarnya berupa akar tunggang berwarna putih. Struktur batang pare tidak berkayu. Batangnya mempunyai alat pembelit yang terletak di dekat daun.

Batang tegaknya berusuk lima dan berwarna hijau. Batang mudanya berambut  dan akan menghilang setelah tua. Daun pare berbentuk bulat telur, berbulu, dan berlekuk. Susunan tulang daunya menjari. Tangkai daun tumbuh dari ketiak daun. Panjang tangkai daunya mencapai 7- 12 cm.
Daunya berwarna hijau tua dibagian permukaan atas dan permukaan bawahnya berwarna hijau muda atau kekuningan. Letak daun pare berseling dengan panjang tangkai 1,5- 5,3 cm. Buahnya buni, bulat telur memanjang, warna hijau, kuning sampai jingga, dan rasanya pahit. Permukaan buahnya berbintil-bintil. Bijinya keras, berwarna cokelat kekuningan pucat, bentuknya pipih memenjang.
Bunga pare tumbuh dari ketiak daun dan berwarna kuning menyala.  Bunga pare terdiri dari bunga jantan dan bunga betina  yang berduri temple,  halus,  dan berambut. . Panjang tangkai bunga jantan mencapai 2-5,5 cm. Sedangkan tangkai bunga betina panjangnya 1-10 cm. Kelopak bunga berbentuk lonceng,  berusuk banyak, berlekatan, dan bertaju lima. Mahkota bunganya berwarna kuning dan berlekatan. Tabung mahkotanya bersatu dengan tabung kelopak. Panjang tangkai bunga jantan mencapai 2-5,5 cm. Sedangkan tangkai bunga betina panjangnya 1-10 cm.
Tanaman ini mempunyai bau yang khas yaitu langu. Rasa buahnya juga khas, yaitu pahit. Meskipun hampir semua buah pare rasanya pahit, namun tingkat kepahitannya berbeda-beda. Tanaman pare sangat mudah dibudidayakan dan tumbuhnya tdak tergantung pada musim. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung. Pare biasanya ditanam di lahan pekarangan/ tegalan/ sawah bekas padi sebagai tanaman sela pada musim kemarau.
Pare merupakan anggota famili Cucurbitaceae dan tergolong tanaman herba berumur satu tahun atau lebih yang tumbuh menjalar atau memanjat. Pare adalah genus dari sekitar 60 spesies tanaman herbal musiman atau bisa juga dikategorikan dalam golongan semak-semak kecil (perdu) dengan penyebaran yang jarang dalam keluarga.  Sebagian besar spesies dalam suku ini menghasilkan minyak pada bunganya dan dikunjungi oleh penyerbuk dalam suku Ctenoplectrini apid. Di Indonesia pare mempunyai nama ilmiah Momordica charantia.

images (4).jpg
 Gambar 2. Daun dan bunga pare

Tabel 1. Klasifikasi ilmiah pare

Kingdom        : Plantae
Kelas              : Magnoliopsida
Sub Kelas      : Dilleniidae
Subkingdom  :  Tracheobionta
Super Divisi   : Spermatophyta
Divisi              : Magnoliophyta
Ordo               : Violales
Family            : Cucurbitaceae
Genus            : Momordica L
Species          : Momordica  charantia L












2.1.2 Daerah Penyebaran
   Tanaman pare merupkan tanaman asli dari daerah tropis Afrika dan subtropis Asia serta Australia. Tanaman ini tersebar hampir di seluruh belahan dunia khususnya yang beriklim tropis dan subtropis. Di Indonesia tanaman ini di temukan di Jawa, Madura, Bali, dan Makasar.  Saat ini tanaman pare sudah dibudidayakan di berbagai daerah di wilayah Nusantara. Umumnya, pembudidayaan dilakukan sebagai usaha sampingan.Biasanya ditanam di lahan pekarangan/ tegalan/ sawah bekas padi sebagai tanaman sela pada musim kemarau.
Kisaran daerah penyebaran tanaman pare 300  LU dan 300 LS menyebabkan Indonesia sebagai salah satu Negara pemroduksi pare. Indonesia yang memiliki batas astronomi 60 LU – 110 LS berpotensi sebagai Negara penghasil pare.
Sebutan pare di berbagai negara antara lain : balsam pear ( Inggris ), margose
( Prancis ), cundiamor ( Spanyol ), tita kerala ( India ), ampalaya ( Filipina ), peria ( Malaysia), pavakai ( Srilanka ), fu kwa ( Korea ), kiiuri ( Jepang ).
Di Indonesia ada beberapa sebutan untuk tanaman pare  di berbagai daerah antara lain : pare ( Jawa ), periu ( Gayo ), peria ( Toba ), foria ( Nias), kambeh/ peria ( Minangkabau ), paria ( Sunda ), pepareh ( Madura ), paria    ( Bali ), paita ( Sumba ), paliek ( Roti ), belenggede ( Gorontalo ), pania        ( Timor ), paria ( Makasar/ Bugis ), papare ( Ternate ), papare ( Halmahera ), peria ( Melayu ).
2.1.3 Jenis ( Varietas )      
Ada 3 jenis tanaman pare, yaitu pare gajih, pare kodok dan pare belut.
1.      Pare Gajih ( Pare putih )
Pare gajih paling banyak dibudidayakan dan disukai. Pare ini biasa disebut pare mentega atau pare putih. Pare ini berasal dari India dan Afrika. Pada abad ke-17 menyebar ke Brazil dan sekarang telah menyebar ke Asia Tenggara, Cina, dan Karibia.  Ciri-ciri pare gajih adalah sebagai berikut :
Ø  Buah berbentuk bulat panjang, berukuran besar (30-50 cm), dan berwarna putih kekuningan.
Ø  Permukaannya berbintil-bintil besar, dan dagingnya agak tebal.
Ø  Berat tiap buah rata-rata 250-500 gram.
Ø  Rasa buah tidak begitu pahit.

2.      Pare Hijau ( Pare kodok )
Pare hijau paling mudah pemeliharaanya. Tanpa lanjaran atau para-para, tanaman ini sanggup berproduksi, asalkan di permukaan tanahnya diberi jerami untuk meletakan buah.
Pare hijau berasal dari daerah tropis, tepatnya India dan Afrika. Tanaman ini mulai menyebar ke Brazil pada abad XVII – XVIII. Sekarang daerah penanamanya telah meliputi Asia Tenggara, Cina, dan Karibia. Ciri-ciri pare hijau adalah sebagai berikut ;
Ø  Buah berbentuk lonjong, kecil, dan berwarna hijau.
Ø  Permukaan buah berbintil-bintil agak halus.
Ø  Rasa buah pahit. Pare hijau ini banyak macamnya, di antaranya adalah pare ayam, pare kodok, dan pare alas atau pare gingge. Dari berbagai macam tersebut,  yang sering ditanam adalah pare ayam. Buah pare ayam mempunyai panjang antara 15-20 cm. Sedangkan pare gingge bentuk buahnya kecil (hanya sekitar 5 cm), rasanya paling pahit dibandingkan pare lainya, dan daging buahnya paling tipis.

3.      Pare Belut ( Pare ular )
Pare belut disebut juga pare ulo, pare lindung. Disebut pare belut karena bentuknya memanjang seperti belut. Pare belut tidak termasuk dalam jenis Momordica sp, melainkan tergolong dalam jenis Trichosanthus anguina L. Meskipun demikian orang sudah terbiasa memasukkanya ke dalam kelompok pare. Seperti jenis pare lainya, pare belut ini juga mudah dibudidayakan. Jika tidak ada para-para, batangnya dapat dirambatkan dip agar, pohon, atau dinding rumah.
Pare ini berasal dari India dan sekarang telah tersebar ke Asia Tenggara, Jepang, Cina, Afrika Barat, Karibia, Amerika, dan Australia. Ciri-ciri pare belut adalah sebagai berikut :
Ø  Buah berbentuk bulat dengan panjang antara 30-110 cm dan berdiameter 4-8 cm.
Ø  Permukaan kulit buahnya berwarna belang-belang yaitu hijau keputih-putihan mirip dengan kulit ular.
Ø  Rasa daging buahnya tidak begitu pahit.

2.1.4  Syarat Tumbuh                                                      
  Tanaman pare memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi. Tanaman ini bisa menyesuaikan diri terhadap keadaan iklim yang berlainan ( tahan terhadap suhu dan curah hujan yang tinggi ). Oleh karena itu pare dapat ditanam ditempat yang berhawa panas dan dingin. Disamping itu tanaman ini juga dapat hidup sepanjang tahun, baik di musim hujan maupun musim kemarau. Karena hal inilah pare selalu tersedia di pasaran setiap saat.
Meskipun pare memiliki daya adaptasi yang tinggi, tetapi hasilnya akan lebih memuaskan jika ditanam di tempat yang terbuka dan kering, drainase dan aerasinya baik, serta tanahnya gembur dan banyak mengandung bahan organik (humus).
Tanaman pare pada umumnya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didaerah dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter dari permukaan air laut. Suhu yang ideal adalah 180C – 240C, penyinaran matahari penuh dan tidak ternaungi. Hampir semua jenis tanah pertanian cocok untuk budidaya tanaman pare. Tanah yang cenderung asam justru disukainya sehingga tidak perlu dilakukan pengapuran. Namun tanah yang paling baik adalah tanah lempung berpasir dengan kandungan bahan organik yang cukup, drainase yang baik dengan tingkat keasaman atau pH tanah 5 – 6.




2.2 Kandungan gizi dalam Tanaman Pare

Ternyata dibalik rasanya yang pahit, pare menyimpan sejuta manfaat untuk kesehatan tubuh manusia salah satunya yaitu untuk penyembuhan batuk kering, karena tanaman ini mengandung mengandung senyawa lutein dan likopen yang berkhasiat sebagai antibiotik, antivirus, antioksidan, antikanker, perangsang produksi insulin, penyeimbang tekanan darah, dan perangsang nafsu makan. Batuk kering dapat  diakibatkan oleh infeksi virus atau flu yang belum lama terjadi, bakteri, dipicu oleh terhirupnya partikel-partikel makanan, asap/uap iritan, perubahan suhu udara, debu-debu serta asap rokok. Selain itu, pare juga kaya protein, vitamin A, dan vitamin C yang dapat menyembuhkan batuk kering. Karena jika seseorang kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan Seng (antioksidan) akan memicu seseorang terkena batuk kering.  
Dibeberapa Negara terutama Jepang, Korea dan China, selain sebagai makanan, pare juga dimanfaatkan untuk pengobatan. Kadar kalsium didalam pare  tergolong tinggi, sehingga mampu menaikkan produksi sel-sel beta dalam pancreas untuk menghasilkan insulin. Bila insulin dalam tubuh mencukupi, mungkin kadar glukosa membanjir dapar dicegah, sehingga kadar glukosa dalam darah akan menjadi normal atau menjadi terkontrol.
Belum lama ini, Prof. Lee-Huang dari Universitas New York juga menemukan zat yang luar biasa pada pare, yakni senyawa anti HIV-AIDS. Zat ini dinamakan alpha-momorchorin, beta-momorchorin dan MAP 30 (Momordica antiviral protein 30). Zat berkhasiat ini banyak terdapat pada biji pare tua.
Di amerika sendiri, kapsul berisi bubuk biji pare sudah lazim dipasarkan. Obat tersebut diakui dapat menahan laju perkembangan  virus HIV-AIDS. Berkat terapi pare,para pengidap HIV-AIDS di Thailand dan Amerika serikat secara klinis tampak lebih sehat dan berat badannya meningkat.










Tabel 2. Kandungan gizi tiap 100 gram buah pare.
Zat
Buah Pare
Air
91,2 g
Kalori
29 g
Protein
1,1 g
Lemak
1,1 g
Karbohidrat
0,5 g
Kalsium
45 mg
Zat besi
1,4 mg
Fosfor
64 mg
Vitamin A
18 SI
Vitamin B
0,08 mg
Vitamin C
52 mg
Folasin
-


















Tabel 3. Kandungan gizi tiap 100 gram daun pare
Zat
Daun Pare
Air
80 g
Kalori
44 g
Protein
5,6 g
Lemak
0,4 g
Karbohidrat
12 g
Kalsium
264 mg
Zat besi
5 g
Fosfor
666 mg
Vitamin A
5,1 mg
Vitamin B
0,05 mg
Vitamin C
170 mg
Folasin
3 g

2.3 Manfaat Lain Tanaman Pare
 Manfaat lain dari tanaman pare untuk kesehatan adalah dapat menjadi penangkal sel kanker. Manfaat ini dapat diperoleh karena pare mengandung zat lesichin yang dapat meningkatkan kekebalan untuk menangkal perkembangan sel kanker. Tidak hanya itu, pare juga memiliki kandungan beberapa zat yang dapat mencegah sel kanker. Sehingga bagi Anda yang bukan penderita kanker dapat mengonsumsi pare untuk mencegah serangan kanker. Selain sebagai penangkal sel kanker, manfaat pare untuk kesehatan yang lain adalah untuk menurunkan kadar gula. Hal ini dikarenakan adanya zat insulin pada pare.
Beberapa zat dalam pare mampu membantu proses perombakan glukosa menjadi energi sehingga kondisi kadar gula yang berlebih dapat dicegah. Beberapa manfaat pare bagi kesehatan yaitu  dapat memperlancar proses pencernaan dan mengatasi sembelit karena kandungan seratnya yang banyak. Pare juga memiliki kandungan vitamin C, kalium, dan karoten. Vitamin C dalam pare juga bermanfaat untuk memperkuat daya tahan tubuh, menjaga kulit dari sinar ultra violet, dan mencegah kerutan di wajah. Zat karoten sangat berguna untuk kesehatan mata. Sedangkan zat kalium dapat mengatasi hipertensi.

 Berikut adalah beberapa khasiat tanaman herbal pare :
-  Khasiat buah
§  Sebagai obat herbal disentri  :  Sediakan buah pare segar, cuci lalu potong-potong, tambahkan 1/4 gelas air bersih, lalu blender, seduh dan peras. Minum 2 x sehari.
§  Sebagai obat herbal kencing manis  :  2 buah pare dicuci dan dilumatkan. Tambahkan 1/2 gelas air bersih. Aduk dan peras. Minum sehari sebanyak 1 ramuan, dilang selama 2 minggu.
§  Memperlancar ASI  :  1 buah pare dicuci bersih, lalu rebus beberapa menit. Dipakai sebagai lalapan.
§  Sebagai obat herbal bisul  :  Buah pare dipakai sebagai obat luar. Ambil satu buah pare segar lantas dikematkan. Ulaskan pada bagian yang terkena bisul.
§  Sebagai obat herbal Bronkitis  :  2-3 buah pare, ambil sarinya, tambahklan 1 sdm madu, minum sehari sekali selama 3 bulan.
-  Khasiat daun  :
§  Penyubur rambut anak  :  Ambil beberapa helai daun pare segar, cuci bersih lalu remas-remas. Oleskan kekulit kepala anak.
§  Sebagai obat herbal batuk  :  pilih 7 helai daun pare segar, seduh dengan 2 sdm air bersih. Peras dan saring. Minum 2 x sehari.
§  Sebagai obat Wasir  :  5 daun pare, tambah 1/4 gelas air. Didihkan dan peras. Ambil 3 sdm air perasan ini, lalu dicampur dengan segelas yoghurt cair. Minum setiap pagi.
§  Penyakit kulit   :   Buat 1 cangkir sari daun pare. Caranya, ambil 3 helai daun pare ditambah 1 1/2 cangkir air. Didihkan dan peras. Campur air perasan berupa sari ini dengan 1 sdm air jeruk. Minum 1 x dalam sehari.
§  Penambah ASI  :  Sediakan 2 daun pare lalu panaskan beberapa saat. Kompreskan pada payudara.
§  Cacing kremi  :  1 genggam diberi 1/4 air bersih, lalu blender. Saring dengan kain kasa, jika perlu tambahkan sdikit garamn, gula aren secukupnya, dan jeruk nipis. Minum aekali sehari 1/4 cangkir. Lakukan selama seminggu.
§  Rabun malam  :  Sari daun pare dioleskan disekitar mata.
§  Demam nifas  :   Ambil 3 daun pare segar, cuci bersih dan lumatkan, tambahkan sedikit air adan sedikit garam lalu seduh. Peras dan saring. Minum 2 x sehari sebanyak 1/2 gelas.
 Khasiat Akar  :
§  Disentri Amoeba  :  Ambil segenggam akar pare, tambahkan segelas air bersih, didihkan dan peras. minum 1 x dalam sehari.
§  Ambeien   :   Akar pare cuci bersih, lantas lumatkan. Oleskan ramuan ini pada ambeien.

2.4 Batuk

Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh disaluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya debu, asap atau uap iritan, asap rokok, dan sebagainya. Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk (hidung, saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga terjadilah batuk.

 Batuk tidak berdahak ( batuk kering )

Batuk yang tidak berproduksi atau sering disebut dengan batuk kering merupakan batuk yang tidak disertai dengan sputum, menimbulkan gejala iritasi,  rasa kering, dan gatal pada tenggorokan yang akhirnya bisa menimbulkan radang tenggorokan apabila tidak segera diobati. Batuk kering yang sangat berat dapat menyebabkan suara serak sampai hilang. Batuk kering adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari.  

 2.4.1 Penyebab Batuk Kering
·         Merokok : Batuk kering sering dialami oleh orang-orang yang merokok. Orang-orang yang terkena polusi udara juga menderita batuk kering.
·         Benda asing yang masuk kedalam saluran napas, mungkin ketika kita tidak sengaja menghirup dan menelan benda asing,  partikel-partikel makanan, asap atau uap iritan, dan debu-debu.  
·         Karena infeksi virus atau flu yang belum lama terjadi.
·         Kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan seng (antioksidan).
·         Karena terlalu banyak minum minuman dari olahan yang mengandung banyak gula, juga makanan dan minuman yang mengandung aneka pengawet serta pewarna buatan.
·         Kondisi iklim: Batuk kering dapat juga disebabkan karena perubahan kondisi iklim. Uap air di udara atau kelembaban rendah dapat menyebabkan iritasi di tenggorokan.
·          Apabila imunitas atau daya tahan tubuh kita menurun, saat itulah virus atau bakteri dapat dengan mudah menginfeksi saluran pernapasan atas dan menimbulkan batuk kering.
·         Gastroesophageal refleks Disease (GERD ) : Penyebab batuk kering yang mungkin disebabkan oleh penyakit yang dikenal sebagai GERD (gastro esophageal reflux disease) atau asam refleks. GERD  adalah kelainan aliran keluar kembali makanan dan asam lambung ke kerongkongan. Asam dari perut perlahan-lahan merembes ke dalam kerongkongan sementara orang yang tidur datar. Hal ini dapat memicu trakea dan menyebabkan iritasi
.
2.4.2 Ciri-ciri batuk tidak berdahak ( batuk kering ), yaitu :
Ø  Batuk tanpa disertai dahak.
Ø  Biasanya ada rasa kering dan gatal ditenggorokan.
Ø  Bila batuk disertai rasa sakit ditenggorokan.
Ø  Suara batuk mendengking.
Ø  Bunyi batuk lebih ringan, terdengar di daerah tenggorokan.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Proses pembuatan obat alternatif dari buah pare dilaksanakan di halaman rumah penulis di desa Kuwarisan, Kecamatan Kutowinangun. Waktu pelaksanaanya dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2012.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a.       Buah pare
Dalam penelitian ini buah pare digunakan sebagai bahan dari pembuatan obat batuk kering.
b.      Madu
Madu digunakan sebagai pemanis agar rasa pahit pada air rebusan atau sari pare tidak terlalu terasa. Rasa manis pada madu tidak membahayakan bagi penderita batuk, justru kekentalan pada madu dapat melapisi dan melegakan tenggorokan.
3.2.2 Alat
Peralatan yang digunakan untuk penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1.    Kompor
2.    Pisau
3.    Gelas
4.    Saringan
5.    Alat perebus (wajan kecil)

3.3  Metode Pembuatan Obat Batuk
Metode yang digunakan untuk membuat obat batuk kering adalah dengan menggunakan cara sederhana dan inovasi dari penulis. Tujuanya agar cara ini dapat ditiru oleh masyarakat dengan cara yang sama.



images.jpgTahapan pembuatan obat batuk kering yaitu :
a.       Pengumpulan pare
Gambar 3. Pengumpulan pare

 
Buah pare adalah buah yang populer, sehingga untuk mendapat buah pare sangat mudah. Biasanya pare ditanam di lahan pekarangan/ tegalan/ sawah bekas padi sebagai tanaman sela pada musim kemarau. Selain itu pare juga banyak dijual dipasaran. Pare yang digunakan untuk membuat obat batuk  cukup 2 buah.
IMG05491.jpg

b.      Pencucian buah pare
Pare harus dicuci terlebih dahulu sebelum direbus. Pencucin berfungsi untuk membersihkan pare dari kotoran-kotoran.



Gambar 4. Pencucian buah pare

 
 


images (5).jpg
c.       Pemisahan biji pare
Gambar. 5 Pemisahan biji pare

 
Biji pare dipisahkan dengan dagingnya dengan cara membelah pare dan keluarkan bijinya. Setelah memisahkan daging pare dari bijinya, kemudian daging pare diiris tipis-tipis dan direbus.
IMG05500.jpg
e.  Perebusan pare
Pare direbus selama 15-20 menit kedalam 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas.

                                                                               Gambar 6. Perebusan pare
IMG05502.jpg
f.       Penyaringan
Setelah daging pare direbus kemudian disaring menggunakan saringan teh . Penyaringan bertujuan untuk mengambil sarinya (air rebusanya). Agar rasanya tidak terlalu pahit tambahkan satu sendok madu.
   Gambar.7 Proses penyaringan

Metode pembuatan obat diatas adalah salah satu cara efektif dalam pembuatan obat batuk kering dengan bahan dasar pare. Metode-metode tersebut termasuk teknik pembuatan sederhana sehingga masyarakat diharapkan dapat menirunya. Adapun skema dari metode-metode tersebut :





Pengumpulan buah pare
 



 



Pemisahan biji pare
 











Pencucian buah pare
 





Perebusan buah pare
 





Penyaringan buah pare
 
 















Gambar  7. Proses pembuatan obat batuk kering
3.4  Pengujian
Pengujian ini dilakukan untuk menguji seberapa ampuh ramuan obat tradisional yang terbuat dari buah pare untuk mengobati batuk kering. Maka, penulis ingin menguji keampuhan obat tradisional ini yang terbuat dari bahan-bahan alami.
Dalam pengujian ini bahan yang digunakan berupa daging pare yang telah direbus. Air rebusan dari daging pare dicampur dengan satu sendok madu dan kemudian diminum sehari sekali sampai batuknya sembuh. Madu digunakan untuk menghilangkan rasa pahit air rebusan (sari) daging pare.
Air rebusan tersebut diujikan kepada orang yang sakit batuk kering. Batuk kering yang sangat berat dapat menyebabkan suara serak sampai hilang. Batuk kering seringkali dipicu oleh terhirupnya partikel-partikel makanan, asap, perubahan suhu udara, debu-debu serta asap rokok. Juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus atau flu yang belum lama terjadi. Adapun langkah-langkah pengujian obat tersebut adalah :
a.       Tahap pertama yang harus dilakukan adalah minum air rebusan (sari) dari daging pare sehari sekali.
b.       Minum ramuan obat tersebut sampai batuk kering sembuh.

Langkah ini merupakan cara sederhana untuk menguji keampuhan khasiat dari ramuan obat buah pare tersebut. Selain bertujuan untuk menguji khasiat dari ramuan obat tersebut, langkah ini diharapkan dapat ditiru oleh masyarakat untuk memanfaatkan obat tradisional dari pare untuk menyembuhkan suatu penyakit. 










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
                                                                                   
4.1    Manfaat Pare sebagai Obat Batuk Kering
Gambar. 8
Sari rebusan pare sebagai obat batuk kering

 
IMG05507.jpgTanaman pare (Momordica charantia L. ) berasal dari kawasan Asia Tropis. Tanaman satu ini terkenal karena buahnya yang pahit. Justru dibalik rasa pahitnya itulah pare bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan gizi pada pare cukup baik. Pare mengandung protein, karbohidrat, mineral dan sedikit lemak, pare kaya akan kalsium, zat besi dan fosfor. Vitamin yang menonjol terdapat di dalamnya adalah protein, vitamin A, vitamin B dan vitamin C.

Pare merupakan salah satu alternatif dalam penyembuhan batuk kering , karena pare mengandung mengandung senyawa lutein dan likopen yang berkhasiat sebagai antibiotik, antivirus, dan antioksidan. Batuk kering dapat  diakibatkan oleh infeksi virus atau flu yang belum lama terjadi, bakteri, dipicu oleh terhirupnya partikel-partikel makanan, asap atau uap iritan, perubahan suhu udara, debu-debu, dan asap rokok. Selain itu, pare juga kaya protein, vitamin A, dan vitamin C yang dapat menyembuhkan batuk kering. Karena jika seseorang kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan Seng (antioksidan) akan memicu seseorang terkena batuk kering.
Tahap pertama yang dilakukan untuk membuat ramuan obat batuk kering yang terbuat dari daging pare yaitu mengumpulkan 2 buah pare. Tahap kedua yaitu mencuci pare dan memisahkan atau mengeluarkan biji pare dari dagingnya. Kemudian daging pare diiris tipis-tipis. Tahap ketiga   daging pare direbus selama 10-15 menit kedalam 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas. Kemudian daging rebusan pare  disaring dan diambil sarinya  atau air rebusanya.  Tahap terakhir tambahkan satu sendok madu agar rasanya tidak terlalu pahit. Minum sari  atau air rebusan dari daging pare sehari  sekali. Hal ini dilakukan selama beberapa hari sampai batuknya sembuh.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan oleh penulis obat yang dihasilkan berupa air atau sari dari daging pare. Dihasilkan air rebusan yang memiliki aroma pahit. Air rebusan atau sari dari daging pare yang digunakan untuk mengobati batuk kering ini berwarna kuning pucat.


Waktu Pengujian
Hasil
Sabtu - Minggu, 28 - 29 Januari 2012
Tenggorokan masih terasa kering dan gatal . Bila batuk tenggorokan masih terasa sakit, itu menandakan hasil belum terlihat.
Senin - Selasa, 30  - 31
 Januari 2012
Sudah ada sedikit perubahan.  Rasa gatal  pada tenggorokan masih terasa. Sedangkan rasa kering di tenggorokan sudah sedikit tidak terasa lagi. Bila batuk rasa sakit di tenggorokan masih sedikit terasa sakit.
 Rabu - Kamis, 1 - 2
Februari 2012
Ada perubahan. Rasa gatal pada tenggorokan sedikit berkurang. Rasa kering pada tengorokan sudah tidak terasa. Bila batuk rasa sakit di tenggorokan rasa sakit di tenggorokan mulai tidak terasa.
Jumat , 3 Februari 2012

Hasil sudah terlihat, sedikit-sedikit rasa gatal pada tenggorokan sudah tidak terasa  lagi dan hilang. Artinya batuk sembuh.

Tabel 4. Tabel Pengujian


Dari hasil tersebut membuktikan bahwa ramuan obat dari buah pare memang berkhasiat dapat menyembuhkan batuk kering. Dalam beberapa hari batuk kering nyatanya memang sembuh. Obat herbal yang terbuat dari pare ini tidak mengandung bahan kimia dan juga tidak memiliki efek samping

4.2 Kekurangan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan oleh penulis obat yang dihasilkan berupa air atau sari dari daging pare memiliki rasa pahit.  Obat herbal dari pare ini tidak bertahan lama hanya sampai 2 hari. Batuk kering sembuhnya agak lama.
      
        BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
  Dari hasil penelitian terhadap buah pare dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1.      Buah pare dapat dimanfaatkan sebagai obat batuk kering.
2.      Pare mempunyai kandungan gizi yang berguna bagi kesehatan tubuh manusia.
3.      Dengan adanya alternatif buah pare sebagai obat batuk kering, ini  merupakan obat herbal yang ampuh dan mujarab, juga lebih aman dan minim efek samping.  .


5.2 Saran
1.   Perlu diadakanya penelitian lain untuk meneliti pemanfaatan pare sebagai obat tradisional yang pengunaanya mudah, murah, praktis, ampuh dan mujarab untuk menjaga kesehatan.
2.   Sebaiknya gunakan pare sebagai obat herbal yang aman dan minim efek samping daripada menggunakan obat-obat kimia yang memiliki efek samping yang tidak baik, bahkan berbahaya, terutama untuk anak kecil.
3.   Perlu diadakan penelitian lebih lanjut, agar dapat menggali potensi yang terdapat pada pare, di bidang kesehatan.











DAFTAR PUSTAKA


Setiawan Iwan, Ade . 1933. Pare dan Labu. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Tusilawati,Berliana.2010. 15 Herbal Paling Ampuh. Yogyakarta: Aulia Publishing.